Cara Budidaya Jamur Tiram- Usaha budidaya
jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara
budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan
faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama
perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik
maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi
mendatangkan kegagalan budidaya.
JAMUR TIRAM
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan
diameter tubuh 3-14 cm. Jamur tiram memiliki miselium. Tubuh buah jamur
inilah yang bernilai ekonomis tinggi serta menjadi tujuan dari budidaya.
Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen
sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha budidaya benar-benar
memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian
hama jamur tiram.
PERSIAPAN PENANAMAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Hal-hal yang menunjang
budidaya jamur tiram harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman.
Persiapan matang membantu menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan
jamur tiram sehingga menunjang keberhasilan budidaya. Langkah-langkah
yang harus dilakukan diantaranya membuat rumah kumbung baglog, rak
baglog, menyediakan bibit, serta menyediakan peralatan budidaya.
Usahakan selama budidaya menggunakan bibit bersertifikat yang dapat
dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan
budidaya untuk jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan
kita bisa memanfaatkan peralatan dapur.
Pada dataran rendah, modifikasi bahan media jamur tiram serta takarannya
dapat mengoptimalkan hasil, caranya yakni mengurangi atau menambah
takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Pada usaha budidaya skala
kecil, perlu juga dilakukan eksperimen atau percobaan dalam menentukan
takaran bahan media agar takarannya tepat. Hal ini perlu dilakukan
mengingat jamur tiram yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh yang
berbeda tentu membutuhkan nutrisi maupun media yang berbeda pula
tergantung kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada
standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah,
sehingga petani memodifikasi media serta lingkungan berdasarkan
pengalaman dan kondisi masing-masing.
NUTRISI DAN MEDIA TANAM JAMUR TIRAM
Nutrisi sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk melangsungkan
setiap proses kehidupannya, tak terkecuali jamur tiram. Pada budidaya
jamur tiram, jamur memperoleh nutrisi dari serbuk gergaji, dimana serbuk
gergaji ini berfungsi sebagai media tempat tumbuh. Bahan serbuk gergaji
yang baik dapat diperoleh dari bahan kayu keras karena serbuk gergaji
kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen.
Dalam kayu keras mengandung selulose dalam jumlah banyak dimana solusose
ini sangat dibutuhkan oleh jamur tiram. Beberapa jenis kayu keras yang
bisa dimanfaatkan sebagai media tanam antara lain dari kayu sengon, kayu
kampung, atau kayu mahoni. Serbuk gergaji sebagai media tumbuh jamur
tiram dapat diperoleh dari tempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan
sebagai media, perlu dilakukan pengomposan terlebih dahulu pada serbuk
gergaji agar dapat terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
tersedia serta mudah dicerna oleh jamur tiram. Proses pengomposan
serbuk gergaji kayu ini dapat dilakukan dengan cara menutup serbuk
gergaji kayu menggunakan plastik atau terpal selama kurang lebih 1
sampai 2 hari. Jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50°C berarti
pengomposan telah berlangsung baik.
Media tanam jamur tiram sebenarnya tidak hanya berasal dari serbuk
gergaji kayu saja, melainkan ada berbagai alternatif pilihan bahan
sebagai pengganti serbuk kayu, antara lainnya dapat berasal dari
berbagai macam ampas, seperti misalnya ampas kopi, ampas kertas, ampas
tebu, atau ampas teh. Meskipun demikian, media yang baik untuk budidaya
jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu.
Selain serbuk gergaji kayu, media tempat tumbuh juga terdiri dari
bekatul (dedak) halus, tepung jagung, kompos, kapur dan air. Media
berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat serta
penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Pastikan bekatul atau dedak
maupun tepung jagung masih baru agar media dalam keadaan steril.
Penggunaan bahan media yang sudah lama dikhawatirkan pada bahan tersebut
sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat tumbuhnya jenis jamur
lain yang tidak dikehendaki (terkontaminasi). Substrat dedak/bekatul
atau tepung jagung sebenarnya berfungsi sama sehingga jika bahan yang
dibutuhkan sulit diperoleh dapat dipilih salah satunya saja. Berdasarkan
hasil penelitian, penggunaan dedak maupun tepung jagung memberikan
kualitas hasil jamur tiram yang sama karena kandungan nutrisi kedua
bahan tersebut hampir sama. Akan tetapi penggunaan dedak dirasa lebih
efisien. Penggunaan dedak (bekatul) dapat menekan biaya produksi, selain
harganya lebih murah juga mudah didapat karena selama ini dedak masih
banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Pemberian kapur (CaCo3) pada media selain berfungsi untuk mengatur
keasaman media tanam juga berfungsi sebagai sumber mineral. Keasaman
yang sebabkan oleh miselium jamur ini dapat dinetralisir oleh kalsium
dalam kapur, sehingga pemberian kapur pada media tanam sangat diperlukan
untuk mengoptimalkan hasil panen. Adapun komposisi media semai jamur
tiram terdiri dari serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak
halus atau bekatul 10kg; kompos
0,5kg; kapur (CaCo3) 0,5kg; serta air 50-60%. Media tanam kemudian
diletakkan dalam kantong plastik bening tanah panas (PE 0,002) berukuran
20cm x 30cm.
Setelah media tanam siap diisi media, langkah selanjutnya sebelum
melakukan penanaman bibit jamur tiram, perlu dilakukan sterilisasi bahan
maupun sterilisasi baglog. Mengingat budidaya jamur tiram sangat rentan
akan serangan hama penyakit sehingga sterilisasi mutlak diperhatikan
oleh pelaku usaha budidaya jamur. Hal terburuk, serangan hama penyakit
yang tidak terkendali dapat menggagalkan panen.
STERILISASI BAHAN DAN BAGLOG BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Proses
sterilisasi media tanam penting dilakukan mengingat budidaya jamur
disamping membutuhkan lingkungan budidaya yang selalu bersih juga media
tanam yang benar-benar steril agar hasil panen dapat mencapai optimal
serta proses budidaya jamur tiram menghasilkan keuntungan tinggi. Proses
sterilisasi media tanam ini meliputi sterilisasi bahan dan sterilisasi
baglog. Sterilisasi bahan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 100°C.
Sterilisasi ini berlangsung selama 6-8 jam untuk diperoleh hasil lebih
baik, dengan melakukan pemanasan diharapkan mikroorganisme pengganggu
dapat ditekan, selain itu juga bertujuan mengurangi kadar air.
Bahan-bahan yang disterilisai berupa serbuk gergaji kayu dan dedak
(bekatul). Sebelum dimasukkan ke dalam oven, serbuk gergaji kayu dan
dedak ini di campur menjadi satu terlebih dahulu kemudian ditambahkan
air bersih sekitar 50-60%, campur bahan hingga benar-benar rata serta
kalis agar mudah dikepal. Penambahan air ini berfungsi membantu proses
penyerapan nutrisi oleh miselium.
Kemudian bahan-bahan steril tadi dimasukkan ke dalam plastik sambil
ditekan-tekan sedikit demi sedikit, perlu diperhatikan bahwa bahan-bahan
yang dimasukkan harus sepadat mungkin untuk mengoptimalkan hasil.
Semakin padat bahan dalam kantong plastik maka semakin banyak pula hasil
produksi jamur tiram, untuk itu pastikan bahwa pemasukan bahan-bahan
harus benar-benar padat. Tambahkan cincin paralon atau potongan bambu
pada bagian atas kantong plastik terlebih dahulu sebelum akhirnya
ditutup menggunakan sumbat kapas dan diikat dengan karet tahan panas.
Cara pemasangan cincin paralon atau potongan bambu pada budidaya ini
yaitu dengan memasang paralon atau potongan bambu pada bagian atas
plastik, lalu masukkan seluruh bagian ujung plastik ke dalam lubang
peralon atau potongan bambu, tarik kuat-kuat kemudian lipatlah ujung
plastik yang telah masuk ke dalam lubang paralon atau potongan bambu ini
ke arah sisi luar. Setelah itu baru ikatlah plastik dengan kuat.
Sebagai gambaran, hasil akhir dari proses cara pemasangan paralon atau
potongan bambu ini adalah bagian ujung baglog terdapat lubang peralon
atau potongan bambu sebagai tempat munculnya jamur tiram.
Setelah dilakukan sterilisasi bahan, proses sterilisasi media tanam
selanjutnya adalah sterilisasi baglog. Sterilisasi baglog pada budidaya
ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu sterilisasi baglog
menggunakan
autoclave atau pemanas/
Steamer dan sterilisasi
menggunakan drum minyak. Cara sterilisasi dapat disesuaikan kondisi
masing-masing, masing-masing metode memiliki kelebihan maupun kelemahan
sendiri-sendiri. Secara prinsip, kedua cara ini dapat menciptakan
lingkungan kondusif untuk pertumbuhan jamur tiram.
Sterilisasi Baglog Menggunakan Autoclave atau Pemanas/Steamer
Sterilisasi baglog menggunakan
autoclave atau pemanas/
steamer
membutuhkan waktu relatif sebentar, cukup selama 15 menit saja.
Pemanasan cara ini dilakukan pada suhu 121°C. Caranya pun cukup mudah,
baglog yang sudah siap serta sudah disteril bahan terlebih dahulu
tentunya tinggal dimasukkan saja ke dalam
autoclave. Keuntungan
sterilisasi baglog menggunakan cara ini adalah dapat menghemat waktu,
namun membutuhkan biaya tinggi untuk investasi alat. Meskipun demikian
untuk budidaya jangka panjang serta berskinambungan justru akan lebih
menguntungkan.
Sterilisasi Baglog Menggunakan Drum Minyak
Sterilisasi baglog menggunakan drum memiliki keuntungan lebih murah jika dibandingkan dengan sterilisasi menggunakan
autoclave atau pemanas/
steamer
sehingga dapat menekan biaya produksi. Namun membutuhkan waktu lama
dalam proses sterilisasinya. Selain itu, drum minyak pun harus
berkapasitas besar agar dapat menampung kurang lebih 50 baglog agar
lebih menghemat waktu sehingga juga dapat menekan biaya produksi. Cara
sterilisasi baglog menggunakan cara ini sebenarnya juga cukup mudah,
yaitu cukup memanaskannya di atas kompor minyak atau api. Lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk proses pemanasan sekitar 8 jam.
PENDINGINAN
Setelah melakukan proses sterilisasi, baik
sterilisasi bahan maupun sterilisasi baglog, langkah selanjutnya adalah
proses pendinginan. Pada poses ini, baglog yang sudah disterilisasi
tadi, yaitu selama 15 menit untuk sterilisasi menggunakan
autoclave atau pemanas/
steamer
dan 8 jam untuk sterilisasi menggunakan drum, baglog harus didinginkan
sebelum dilakukan penanaman. Pastikan baglog sudah menjadi dingin
terlebih dahulu sebelum melakukan penanaman, baru setelah benar-benar
dingin kemudian dilakukan penanaman bibit jamur tiram.
PERSIAPAN PENANAMAN JAMUR TIRAM
Steril merupakan kunci utama
keberhasilan budidaya, untuk itu kebersihan harus tetap terus dijaga
serta lebih ditingkatkan. Persiapan sebelum melakukan penanaman jamur
tiram terutama sekali adalah dalam hal kebersihan ini, baik kebersihan
alat, tempat, maupun tenaga kerja. Tempat penanaman jamur tiram harus
disterilisasi terlebih dahulu menggunakan disinfektan untuk mengurangi
terjadinya kontaminasi yang tidak diinginkan sehingga budidaya jamur
tiram semakin optimal. Alat yang akan digunakan untuk menanam juga harus
disterilisasi menggunakan alkohol serta dipanaskan terlebih dahulu.
Selain itu, tanaga kerja juga dianjurkan untuk memakai masker penutup
terutama penutup hidung dan mulut sehingga kemungkinan terkontaminasi
oleh bakteri (mikroorganisme pengganggu) melalui mulut maupun hidung
tenaga kerja dapat diminimalisir.
PENANAMAN JAMUR TIRAM
Penanaman jamur tiram dilakukan setelah
semuanya dipastikan steril. Selama proses ini perlu diperhatikan suhu
serta kelembaban udaranya. Suhu udara kondusif sangat diperlukan untuk
menunjang pertumbuhan miselium jamur tiram, suhu yang dibutuhkan
berkisar antara 23-28°C, dengan suhu udara optimun pada 25°C. Siram
lantai menggunakan air atau semprot lokasi menggunakan tangki sprayer
jika cuaca terlalu terik dan berangin. Hal ini dilakukan untuk
menurunkan suhu udara pada kisaran suhu ideal. Atur juga sirkulasi udara
pada tempat budidaya jamur agar jamur tiram tetap mendapatkan udara
segar. Tutup sebagian lubang sirkulasi udara jika angin sedang bertiup
kencang. Pastikan kondisi lingkungan tetap kondusif untuk menopang
pertumbuhan jamur tiram.
PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Seperti halnya dalam budidaya lain,
pemeliharaan tanaman merupakan faktor penting. Dalam hal ini,
pemeliharaan selama budidaya adalah mengenai pengendalian hama penyakit
jamur tiram. Hal ini penting sekali mengingat hama penyakit pasti selalu
menyerang pada setiap budidaya apa saja terutama di bidang pertanian.
Meskipun saat pembuatan baglog sampai penanaman semua media maupun
tempat sudah disterilisisai, namun hama penyakit pasti selalu datang di
setiap fase. Untuk mengoptimalkan hasil produksi, meminimalisir resiko
serta mengendalikan hama penyakit adalah langkah-langkah paling tepat.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Serangan
hama dan penyakit antara tempat satu dengan tempat lainnya pada
budidaya jamur tiram berbeda-beda, cara pengendalian hama dan penyakit
ini pun tentunya tidak sama, tergantung jenis hama maupun penyakit apa
yang sedang menyerang. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
berbeda-beda pula antara satu tempat dengan lainnya serta kebersihan
lokasi budidaya atau rumah kumbung. Selain faktor lingkungan, serangan
hama penyakit dapat bersumber dari jamur tiram itu sendiri terutama saat
melakukan proses sterilisasi baik saat melakukan sterilisasi bahan
media tanam maupun sterilisasi baglog. Dimungkinkan terjadi kesalahan
saat melakukan sterilisasi ini sehingga mudah terkontaminasi oleh
kondisi lingkungan setempat.
HAMA JAMUR TIRAM
Hama pengganggu selama proses budidaya jamur
tiram meliputi hama ulat, kleket, semut, serta laba-laba. Pengamatan
setiap hari di lapangan perlu dilakukan agar serangan hama dapat
terdeteksi lebih dini sehingga mengurangi resiko kegagalam panen.
Berikut ini deskripsi singkat mengenai hama pengganggu berikut cara
pengendaliannya:
Ulat
Hama utama jamur tiram adalah hama ulat. Hama ini muncul
ketika kelembaban udara tinggi, kebersihan lingkungan tidak terjaga,
serta akibat kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur maupun
jamur yang tidak terpanen. Pencegahan hama ulat dilakukan dengan
mengatur sirkulasi udara untuk mengatur kelembaban, pemanenan lebih
hati-hati sehingga tidak banyak pangkal atau batang maupun jamur tiram
yang tidak terpanen, serta menjaga kebersihan lokasi kumbung.
Pengendalian secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan formalin di
sekitar lokasi rumah kumbung.
Kleket (sejenis moluska), Semut dan Laba-laba
Pengendalian hama
kleket, semut dan laba-laba dapat dilakukan dengan dua cara, baik secara
mekanis maupun kimiawi. Secara mekanis, pengendalian hama semut dan
laba-laba dapat dengan melakukan pembongkaran pada sarangnya, kemudian
disiram menggunakan minyak tanah. Sedangkan hama kleket seringkali
dijumpai pada mulut baglog cukup diambing menggunakan tangan. Secara
kimiawi, hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan
insektisida untuk semut dan laba-laba serta pemberian molustisida untuk
hama kleket. Namun, pengendalian kimiawi hendaknya dijadikan alternatif
terakhir karena produk jamur tiram merupakan produk organik. Selain
ramah lingkungan, pengendalian hama kleket, semut maupun laba-laba
secara mekanis juga menekan biaya produksi.
PENYAKIT JAMUR TIRAM
Penyakit pengganggu selama budidaya jamur
tiram meliputi jamur parasit dan tangkai jamur memanjang. Seperti halnya
pada cara pengendaian hama, pengamatan setiap hari di lapangan juga
perlu dilakukan agar hasil panen optimal. Berikut ini deskripsi singkat
mengenai penyakit beserta cara pengendaliannya:
Jamur Parasit
Seperti telah berulangkali dibahas sebelumnya,
bahwa kebersihan merupakan kunci utama keberhasilan budidaya. Rumah
kumbung maupun peralatan yang digunakan selama proses produksi harus
selalu dalam keadaan steril untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme
pengganggu yang tidak diinginkan, bahkan dapat menggagalkan budidaya
jamur. Jika kebersihan maupun faktor lingkungan (suhu, kelembaban, dll)
kurang mendukung, biasanya sering terjadi pada baglog banyak ditumbuhi
penyakit cendawan maupun jamur lain yang tumbuh seiring pertumbuhannya.
Missellium cendawan atau jamur parasit tersebut saling berebut untuk
melakukan pertumbuhan sehingga sering mengakibatkan pertumbuhan menjadi
terhambat, bahkan terkadang menyebabkan tidak tumbuh. Jamur parasit ini
berisifat patogen, gejalanya ditandai munculnya miselium berwarna
kuning, hijau, hitam, disertai lendir pada substrat. Jamur parasit yang
biasa menyerang selama proses budidaya adalah
Penicillium sp., Rhizopus sp., Aspergillus sp., serta Mucor sp..
Jamur ini menyerang substrat atau baglog dengan cara tumbuh bersaing
dengan tanaman pokok. Penyakit ini menyerang baglog tertutup maupun
terbuka. Pengendalian jamur penganggu dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan yang berhubungan dengan proses budidaya (baik kumbung,
baglog, peralatan, maupun tenaga kerja), musnahkan baglog terserang
jamur parasit dengan cara dibakar, serta mengatur kelembanan udara di
sekitar lokasi kumbung.
Tangkai Jamur Memanjang
Penyakit tangkai jamur memanjang
merupakan penyakit fisiologis yang sering dijumpai selama prses
budidaya, ditandai tangkai jamur tiram memanjang dengan tubuh jamur
kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang
disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara kurang sempurna.
Pencegahan penyakit tangkai memanjang adalah mengatur ventilasi
seoptimal mungkin pada rumah kumbung sehingga sirkulasi udara berjalan
sempurna sesuai kebutuhan pertumbuhannya.
PANEN JAMUR TIRAM
Kegiatan ini merupakan hasil akhir dari proses
budidaya yang sangat dinanti-nantikan oleh para petani. Mereka bisa
tersenyum senang manakala hasil budidaya jamur tiram menuai
keberhasilan, sebaliknya bahkan bisa menangis penuh kesedihan manakala
hasil panen jamur tiram tak sesuai harapan. Pemanenan jamur tiram ini
dilakukan secara bertahap. Pada prinsipnya, jamur tiram siap panen sudah
berukuran cukup besar dengan tepi meruncing tetapi belum mekar penuh
(belum pecah). Namun, dapat juga disesuaikan dengan permintaan pasar.
Panen biasanya dilakukan saat berumur 40 hari setelah pembibitan. Pada
kondisi ini, tubuh jamur tiram sudah berkembang maksimal, berkisar
antara 3 mingguan dari saat buah jamur terbentuk.
PENANGANAN PASCA PANEN JAMUR TIRAM
Setelah pemanenan selesai
dilakukan, masih memerlukan proses penangan lebih lanjut untuk
meningkatkan keuntungan. Penanganan ini disesuaikan dengan permintaan
pasar tujuan. Upaya penanganan pascapanen biasanya meningkatkan hasil
antara 25%-100% tergantung kesepakatan maupun pasar tujuan. Untuk
mendapatkan produk berkualitas baik serta memenuhi kriteria permintaan
pasar modern, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti di bawah
ini:
Pencucian
Penggunaan pestisida
dalam budidaya jamur tiram mungkin belum bisa dihindari oleh para
petani baik petani hortikultura maupun petani jamur tiram. Hal ini
sangat dimaklumi karena kesadaran masyarakat kita masih sangat rendah
baik di tingkat konsumen maupun petani, ditambah perekonomian masyarakat
juga masih sangat rendah. Mayoritas konsumen di Indonesia menginginkan
produksi pertanian berkualitas super bahkan organik tetapi dengan harga
murah, sedangkan para petani menginginkan produktivitas tinggi dengan
sedikit resiko karena harga jualnya juga rendah sehingga mereka tetap
berorientasi mencari laba atau keuntungan. Suatu masalah yang sangat
bertolak belakang, dan perlu dicarikan titik temu. Namun, bagi para
petani jamur tiram, ada cara untuk meminimalisir hasil panen dari residu
pestisida, yaitu melakukan pencucian menggunakan air bersih sehabis
panen, kemudian pangkal jamur dipisahkan dari tubuhnya. Biasanya residu
pestisida mengendap pada pangkal batang ini, sedangkan pada tubuh buah
jamur tiram residu pestisida diminimalisir oleh pencucian tersebut.
Sortasi Hasil Panen
Setelah dilakukan pencucian, langkah
selanjutnya pada proses pascapanen adalah penyortiran atau sortasi.
Keseragaman hasil merupakan syarat utama untuk pemasaran agribisnis
modern, baik keperluan ekspor maupun supermarket. Sortasi atau
penyortiran dilakukan dengan memisahkan bentuk maupun ukuran tertentu.
Biasanya masing-masing pasar menentukan standar ukuran berbeda-beda,
disesuaikan tingkat kebutuhan konsumen setempat.
Pengemasan dan Transportasi
Masalah penting dalam penangan
pascapanen adalah pengemasan (packing) maupun transportasi, karena model
pengemasan merupakan salah satu bagian penting untuk mendongkrak
keuntungan. Pada pasar modern masalah pengemasan bahkan mampu
meningkatkan harga jual hingga 100% tergantung permintaan konsumen.
Untuk keperluan ini, jamur tiram segar dikemas menggunakan plastik kedap
udara. Pengemasan semacam ini bertujuan meminimalisir resiko kerusakan,
semakin sedikit udara di dalam plastik, maka semakin tahan lama untuk
disimpan. Tidak hanya itu, penggunaan plastik kedap udara bahkan dapat
mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2 sampai 4 hari. Sedangkan
untuk pengangkutan jarak jauh, alat transportasi sebaiknya menggunakan
ruangan pendingin agar kestabilan kesegarannya tetap terjaga sehingga
meminimalisir resiko.
Demikian artikel cara budidaya jamur tiram, semoga
dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah para petani atau pelaku
usaha budidaya jamur.